MAKALAH BK/ BP

MAKALAH BK/ BP

BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting peranannya, terutama pada suatu lembaga yang notabenya peserta didik mereka tergolong kurang mampu untuk berfikir dalam setiap penyelesaian masalah yang mereka miliki. Atau bisa juga sangat penting peranannya bagi individu yang memerlukan bantuaan seorang konselor untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya walau tidak dalam lingkup sekolah atau lembaga.
Oleh sebab itu seorang konselor haruslah faham beberapa prosedur dan tenik-teknik dalam pelayanan bimbingan konseling. Itu bertujuan agar proses bimbingan konseling dapat berhasil secara efektif dan efisien.
Dengan terlatarbelakangi hal itulah kami menucoba menulis makalah yang didalamnya akan membahas tentang:
Ø  Apa saja prosedur dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling
Ø  Apa saja teknik-teknik yang terdapat pada pelayanan Bimbingan dan Konseling
Dari itu kami menulis makalah ini dengan tujuan agar pembaca mampu memahami tentang prosedur dan teknik-teknik yang ada pada pelayanan Bimbingan dan Konseling.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prosedur Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Sebagai sebuah layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari tujuh tahapan sebagai, yaitu: Menentukan Masalah, Pengumpulan Data, Analisis Data, Diagnosis, Prognosis, Treatment/ Terapi, Evaluasi dan Tindak Lanjut.
1.      Menentukan Masalah
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni:
a.      Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran
b.      Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik.
c.       Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya.
d.      Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik
e.       Melakukan analisis sosiometris
2.      Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah, selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data yang dikumpulkan harus secara komperhensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri, data orang tua, data jasmani dan kesehatan, data lingkungan, agama, keadaan dan hubungan keluarga, serta ekonomi keuangan.
3.      Analisis Data
Data yang dikumpulkan tadi kemudian di analisis. Data hasil tes bisa di analisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif.
4.      Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya  konselor untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik.
W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu : (1) faktor internal (2) faktor eksternal
5.      Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya,
6.      Treatment/ Terapi
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam langkah prognosis.
7.      Evaluasi dan Follow Up
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yaitu:
a.       Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik.
b.      Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.
c.       Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yaitu:
Kriteria keberhasilan segera, diantaranya apabila:
a.       Klien telah sadar (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
b.      Klien memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
c.       Klien mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
d.      Peserta didik (klien) telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
e.       Klien telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
f.        Klien mulai menunjukkan sikap keterbukaannya, memahami dan menerima kenyataan lingkungannya secara obyektif.
g.      Klien mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
h.      Klien telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sedangkan kriteria keberhasilan jangka panjang, diantaranya apabila:
a.       Peserta didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupannya yang dihasilkan oleh tindakan dan usaha-usahanya.
b.      Peserta didik (klien) telah mampu menghindari secara preventif kemungkinan-kemungkinan faktor yang dapat membawanya ke dalam kesulitan.
c.       Peserta didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi anggota kelompok yang efektif.
B.    Teknik-Teknik Konseling
Teknik konseling disini adalah suatu proses yang digunakan oleh konselor untuk membantu klien. Sebagai suatu proses, maka implementasi teknik-teknik konseling akan melalui beberapa tahap kegiatan, yaitu:
1.      Pesiapan Konseling
a.       Kesiapan Untuk Konseling
Kesiapan untuk koseling ini berlaku pad konselor dan juga klien.
b.      Riwayat Kasus
Riwayat Kasus adalah kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa lalu. Secara sederhana riwayat kasus bisa dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dialami klien.
c.       Evaluasi Psikodiagnostik
Dalam bidang medis hal ini bisa dikatakan sebagai suatu proses memeriksa gejala, memperhatikan sebab-sebab, mengadakan observasi, mendapatkan gejala dalam kategori dan memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya.
2.      Teknik-Teknik Melakukan Konseling
a.    Teknik rapport
Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan permasalahannya.
b.      Prilaku Attending
Attending adalah merupakan upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
c.       Teknik Structuring
Ini merupakan proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling  pada umumnya dan hubungan tertentu pada umumnya.
d.      Empati
Empati ini merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
e.       Refleksi Perasaan
Suatu pernyataan dalam bentuk kata atau sikap segar yang dibutuhkan oleh klien.
f.        Teknik Eksplorasi
Yaitu ketrampilan dalam menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.
g.      Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
Bertujuan untuk mengatakan kembali inti dari ungkapan klien.
h.      Teknik Bertanya
i.        Dorong Minimal
Ini bertujuan agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan.
j.        Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu dengan tujuan memberikan pandangan/ rujukan agar klien bisa berubah.
k.      Teknik Mengarahkan
l.        Teknik Menyimpulkan Sementara
Hal ini dilakukan agar pembicaraan konselor dengan klien semakin jelas.
m.    Teknik-teknik Memimpin
n.      Teknik Fokus
o.      Teknik Konfrontasi
Teknik ini dikenal dengan “memperhadapkan” yaitu menantang klien untuk melihat adanya ketidak konsistenan antara perkataan dan perbuatan.
p.      Menjernihkan (Clarifying)
q.      Memudahkan (Facilitating)
r.        Diam Sebagai Suatu Teknik
s.       Mengambil Inisiatif
Ini dilakukan konselor ketika klien kurang semangat untuk berbicara atau lebih sering diam.
t.        Memberi Nasehat
u.      Pemberian Informasi
v.      Merencanakan
Teknik ini dilakukan ketika akhir sesi konseling, dan konselor bersifat membantu klien untuk membuat rencana guna memecahkan masalah yang dihadapinya.
w.    Menyimpulkan
Dalam hal ini konselor bersama dengan klien membuat kesimpulan tentang perasaan klien, pemantapan rencana klien dll.
x.      Teknik Mengakhiri
Konselor saat mengahiri suatu konseling bisa dengan berkata waktu sudah habis, merangkum isi pembicaraan atau dengan menunjukkan pada pertemuan yang akan datang.



BAB III
PENUTUP
Melakukan bimbingan konseling haruslah melalui prosedur juga teknik-teknik tertentu seperti yang sudah kami jelaskan pada halaman sebelumnya, yang mana prosedur BK meliputi: Menentukan Masalah, Pengumpulan Data, Analisis Data, Diagnosis, Prognosis, Treatment/ Terapi, Evaluasi dan Tindak Lanjut.
Selain itu teknik juga sangat diperlukan, agar konseling bisa berhasil secara efektif dan efisien. Dan teknik tersebut meliputi:
1.      Pesiapan Konseling
a.    Kesiapan Untuk Konseling
b.    Riwayat Kasus
c.    Evaluasi Psikodiagnostik
2.      Teknik-Teknik Melakukan Konseling
a.    Teknik rapport
b.    Prilaku Attending
c.    Teknik Structuring
d.    Empati
e.    Refleksi Perasaan
f.     Teknik Eksplorasi
g.    Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
h.    Teknik Bertanya
i.      Dorong Minimal
j.     Interpretasi
k.    Teknik Mengarahkan
l.      Teknik Menyimpulkan Sementara
m.  Teknik-teknik Memimpin
n.    Teknik Fokus
o.    Teknik Konfrontasi
p.    Menjernihkan (Clarifying)
q.    Memudahkan (Facilitating)
r.     Diam Sebagai Suatu Teknik
s.     Mengambil Inisiatif
t.      Memberi Nasehat
u.    Pemberian Informasi
v.    Merencanakan
w.  Menyimpulkan
x.    Teknik Mengakhiri






DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas,. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen Dikti, 2004.
Makmun, Abin Syamsuddin,. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosda Karja Remaja, 2003.
Sukardi, Dewa Ketut., Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Sukardi, Dewa Ketut., Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

MAKALAH PENGELOLAAN KELAS

MAKALAH PENGELOLAAN KELAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sekolah sebagai organiasasi kerja terdiri dari beberapa kelas. Setiap kelas merupakan unit kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi, tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas, baik di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas satu dengan kelas lain.
          Dan program kelas akan berkembangan bilamana guru atau wali kelas mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yaitu: guru, murid dan proses atau dinamika kelas. Usaha atau kegiatan tersebut merupakan kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.

B.Rumusan Masal
ah
1.    Bagaimana Tugas Guru ?
2.    Apa Prinsip-prinsip profesi Guru?
3.    Apa pengertian dari Tata Usaha Kelas?
4.    Bagaimana aspek-aspek kegiatan TU kelas?
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.Tugas Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas. Secara etimologi atau dalam arti sempit guru merupakan orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di kelas. Secara luas guru merupakan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) adalah mengajar dan mendidik anak untuk membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.
 
          Guru merupakan pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
terrtentu.
Tugas guru dalam belajar mengajar meliputi tugas pedagogis dan tugas administrasi. Tugas pedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. Sedangkan tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Keadaan guru yang setiap hari bergaul dengan murid-muridnya sangat berpengaruh pada hasil belajar, maka perlu diperhatikan yang berkaitan dengan kepribadian, kemampuan dan kondisi fisik maupun mental sehingga belajar akan dapat berlangsung dengan baik dan sampai pada tujuan yang ingin dapat dicapai. Karena pada hakekatnya guru merupakan komponen strategi yang memilih peran yang paling penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.

B.
Prinsip profesi Guru
           Profesi guru merupakan bidang khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.  Memiliki bakat, minat panggilan jiwa dan idealism.
2.  Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan, ketaqwaan dan akhlaq.
3.  Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas
4.  Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5.  Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6.  Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan.                                                                                                                                                                          
C.Tata Usaha Kelas.
Pada dasarnya tata usaha berarti usaha menghimpun, mencatat, mengadakan dan menggandakan, mengirim dan menyimpan berbagai keterangan tertulis di lingkungan suatu organisasi atau unit kerja. Selain itu pengertian lain mengatakan bahwa tata usaha aah kegiatan menyusun, mencatat keterangan-keterangan dalam keseluruhannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi tata usaha adalah melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam suatu organisasi (jawatan, kantor, sekolah, kelas dan lain-lain) untuk digunakan sebagai bahan keterangan dalam m                             engambil keputusan oleh seorang pemimpin.
Dari uraian di atas bahwa tata usaha kelas bukanlah administrasi kelas dalam arti rangkaian kegiatan atau proses pengendalian usaha kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan didalam program kelas sebagai Unit kerja.
D. Aspek-aspek Kegiatan Tata Usaha Kelas.
Pada dasarnya aspek-aspek kegiatan tata usaha kelas mencakup sebagai berikut:
1.    Menghimpun keterangan adalah mencari atau mengusahakan tersedianya data, baik yang di kelas atau di sekolah maupun yang belum ada untuk digunakan dalam mengambil keputusan oleh wali atau guru kelas.
2.    Mencatat berarti kegiatan menulis berbagai informasi atau keterangan atau data, baik berupa ikhtisar maupun secara keseluruhan sebagai petunjuk untuk menemukan sesuatu agar dapat dibaca kembali, dikirim atau disimpan.
3.    Mengolah dalam arti mengadakan dan menggandakan adalah kegiatan menganalisa dan menghubung-hubungkan berbagai informasi atau data untuk disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan dimanfaatkan, yang pada gilirannya bilamana diperlukan lebih dari satu perlu diperbanyak agar setiap personal yang memerlukannya dapat memanfaatkannya untuk perkembangan dan kemajuan kelas sebagai organisasi atau unit kerja.
4.    Mengirim berarti menyampaikan berbagai informasi yang diperlukan oelh pihak lain, baik untuk kepentingan kelas maupun oleh pihak lain, baik untuk kepentingan kelas maupun kepentingan pihak yang diberi informasi dengan mempergunakan media lisan atau tertulis.
5.    Menyimpan dimaksudkan adalah kegiatan mengawetkan berbagai keterangan atau data yang diperkirakan berguna di masa yang akan datang dalam mengelola kegiatan kelas, dengan mempergunakan berbagai alat dan cara pada tempat yang aman serta mudah ditemukan bilamana diperlukan.
Berbagai kegiatan tata usaha kelas yang merupakan tanggungjawab wali atau guru kelas dalam usaha meningkatkan efisiensi pengelolaan kelas, akhirnya bermuara bagi kepentingan murid dalam mencapai kedewasaannya masing-masing.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.     Tugas guru dalam belajar mengajar meliputi tugas pedagogis dan tugas administrasi. Tugas pedagogis adalah membantu, membimbing dan memimpin. Sedangkan tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.
2.     Prinsip-prinsip profesi guru antara lain:
a.    Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b.    Memiliki komitmen
c.    Memiliki kualifikasi pendidikan
d.    Memiliki kompetensi
e.    Memiliki tanggung jawab
f.     Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya.
3.    Tata usaha kelas adalah bukan administrasi kelas dalam arti rangkaian kegiatan atau proses pengendalian usaha kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam program kerja sebagai unit kerja.
4.    Aspek-aspek kegiatan tata usaha
a.    Menghimpun
b.    Mencatat
c.    Mengolah
d.    Mengirim
e.    Menyimpan

 
DAFTAR PUSTAKA
Suparta, Herry Noer Aly. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Amisco
Hakim, Lukman. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sumiati, Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sabri, Ahmad. 2005. Strtaegi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Padang: Quantum Teaching

Kategori

Kategori